Skandal Betis

Periskop edisi September 2011

Mungkin sebuah pertanda sering diabaikan, kita tahu, jika tanda itu memberi makna akan keadaan di depannya. Dan mengapa pula banyak sekali ditemukan tanda, peringatan atau malah sebuah petunjuk agar mengikuti arah yang ditentukan.


Cobalah tatap langit itu hingga ke kaki-kainya, mendung tebal menggantung. Tak berapa lama sesudahnya hujan deras mengguyur tanah. Berapa kali kita paham tentang hujan yang bakal turun selalu memberikan tanda sebelumnya agar manusia bersiap menyambut. Membersihkan selokan, perbaiki genting jika bocor dan aturan itu sama sekali tak pernah memaksa manusia untuk melanggarnya. Sebuah konskuensi akan adanya kejadian, seperti hukum pemantulan cahaya. Sudut datang sama dengan sudut pantul.

 Beberapa hari ini kegelisahan menyumpal rongga napas. Kedengkian muncul saat pihak mengungguli kemampuan individu. Seperti halnya Ken Arok saat merebut Ken Dedes dari Tunggul Ametung. Dalam kitab Pararaton, disana terpapar sebuah kisah kelicikan.

Mpu Gandring tiada pernah menyangka adanya malapetaka, namun pertanda tersebut sudah ada di depan mata, hanya ia salah membaca. Ken Arok mengorder keris super power, apapun bisa dilakukan dengan keris tersebut, termasuk menghabisi nyawa. Kesaktian Mpu Gandring tersohor ke seluruh pelosok negeri. Tatkala keris pesanan hampir jadi, Ken Arok yang brangsan dan gahar mendatangi tempat pembuatan keris. Tanpa banyak cakap, ia merebut keris yang belum rampung dibuat. Keris itu terlalu bagus untuk diserahkan kepada Ken Arok, lantaran itulah empu renta itu berusaha menyembunyikan keris, kedatangan Ken Arok yang tiba-tiba, membuat empu kaget. Pergulatan tak seimbang terjadi, Ken Arok berhasil merebut keris dan menyarungkan untuk pertama kali di tubuh Mpu Gandring. Sebelum wafat, Mpu Gandring sempat mengucapkan sebuah kutukan jika keris tersebut akan membunuh tujuh orang termasuk Ken Arok sendiri.



Sesudah menghabisi Mpu Gandring, Ken Arok kembali ke Tumapel. Ia memamerkan keris pusaka tiada tanding kepada Kebo Ijo, rekan sesama pangawal kerajaan. Kebo Ijo benar-benar tertarik dengan keris ciptaan Mpu Gandring lalu Ken Arok bebaik hati meminjamkan kepadanya. Girang bukan kepalang Kebo Ijo lalu sesumbar kepada semua orang bahwa ia telah memiliki keris pusaka tak terkalahkan di seluruh Tumapel. Kesenangannya minum arak dalam menjalankan tugas sebagai pengawal istana membuat ia lalai dan tak terkontrol kesadarannya. Hal inilah yang sebenarnya dinantikan oleh Ken Arok, ia memang menghendaki situasi seperti ini. Siasat licik Ken Arok mulai berjalan, saat Kebo Ijo tertidur pulas ia mengambil keris tersebut. Ia mengendap ke kamar Tunggul Ametung, kemudian tanpa perlawanan sama sekali Ken Arok menghunus keris ke dada raja Tumapel itu. Keris yang berlumuran darah segar itu diletakkan di tangan Kebo Ijo yang tertidur pulas. Sudah bisa ditebak, keesokan harinya, seluruh kerajaan gempar dan tanpa banyak penyelidikan Kebo Ijolah yang menjadi sasaran pelaku pembunuhan itu, Kebo Ijo dihukum mati. Keris itu disimpan oleh Ken Dedes.

Ken Arok yang telah lama menaruh hati kepada ratunya, menjalankan siasat lanjutan. Ken Arok pertama kali menyaksikan betis Ken Dedes yang bersinar di pandangannya berpikir bahwa Ken Dedes adalah sosok yang tepat untuk memuluskan cita-citanya menuju singgasana Tumapel. Ken Dedes, janda raja yang dalam keadaan hamil itu luluh dalam bujuk rayu Ken Arok. Tanpa banyak rintangan, Ken Arok mengangkat dirinya sebagai raja di Tumapel. Ken Dedes pun tak bisa menolak keinginan calon suaminya yang mantan penjudi, pemabok serta berandalan itu. Alhasil Ken Arok memimpin Tumapel mulai 1222.
Jika ditarik garis mundur, masih menurut Pararaton. Ken Arok adalah hasil hubungan perselingkuhan Dewa Brahmana denga wanita desa bernama Ken Ndok. Karena malu menanggung aib, bayi Ken Arok dibuang di pekuburan. Nasib baik menempel pada Ken Arok, ia ditemukan dan diasuh oleh seorang pencuri bernama Lembong. Hidup di bawah pengasuhan seorang pencuri membuat perilakunya tidak jauh berbeda dengan ayah angkatnya. Menjelang dewasa, kesenangannya lebih menggila, tidak hanya mabuk, main wanita, judi dan mencuri. Masih ada satu tambahan lagi bahwa Ken Arok adalah sosok yang suka berhutang. Lantaran sifat yang terakhir inilah membuat Lembong mengusirnya dari rumah. Lepas dari Lembong, ia menemukan ayah angkat baru yaitu Bango Samparan.

Kini Ken Arok benar-benar menguasai Tumapel. Tak cukup beristri Ken Dedes, ia mengambil selir bernama Ken Umang. Dari perkawinan dengan Ken Umang menurunkan Tuan Wergola, Tohjaya, Panji Sudatu serta Dewi Rambi.
Memiliki anak empat dari selir membuat iri Anusapati, anak tiri Ken Arok. Sebagai anak tertua dari istri pertama seharusnya hak-hak istimewa berada pada dirinya. I merasa ada yang tidak beres akan kematian Tunggul Ametung ayahnya. Setelah mendesak ibunya barulah ketahuan perubahan kepemimpinan Tumapel. Merasa dianaktirikan ia ingin berbuat lebih jauh untuk Ken Arok ditambah lagi kematian ayahnya adalah siasat licik dari seorang mantan pencuri itu. Keris buatan Mpu Gandring yang disimpan Ken Dedes berhasil didapatkan, kemudian dengan menyuruh pembantunya, Anusapati merencanakan pembunuhan. Ken Arok berhasil dibunuh dengan keris tersebut, dan untuk menghilangkan jejak, gantian pembantunya itu dibunuh oleh Anusapati. Intrik suksesi di Tumapel berakhir di tahun 1247. Persis sesuai kutukan Mpu Gandring, Ken Arok mati oleh keris yang direbutnya sendiri. Kelicikan itu berbalas kelicikan, dan rantai itu tak akan pernah putus jika manusia bisa menguasai nafsunya. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jembatan Bacem

Mushola di Taipei Main Station

Keindahan Pagoda Tian Yuan di Tamshui